Aroma hujan. Petir menggelegar. Kilat menyambar di sana sini, bahkan
rumput pun tak berhak melawan, ia pasrah dihajar air banjir, diterpa
angin dan dijatuhi butiran air hujan. Aku suka itu, bukan hanya aku tapi
DIA. Entah apa yg terjadi, tapi sudah lama aku bergumul, baik di hati
di pikiran bahkan di setiap celah diriku yg menyadarinya. Aku hanya diam
dan terbiasa. Mungkin. Yaa tinggal mungkin, entahlah. Hujan semakin
mengoyak, aku mulai lupa apa yg kuharapkan tadi.
Waktu masih berjalan, lontaran kata kalimat pun sudah berumur.
Pukul
16.58 dilayar mataku. kami berbenah pulang, di luar sana hujan masih
merajai, hanya sekedar rintiknya yg masih bisa diterjang.
waktu sudah
diinjak kaki kami beberapa langkah, oh tidak! Apa ini? Pertikaian
hadir, aku mendengus. Menahan tenaga di ujung kaki, tangan bahkan
seluruh bagian yg mungkin diserang -_- aku ingin pulaaangg T_T
Tik tok tik tok tik tok......
Waktu berlalu, bukan tik tok lagi, entah bagaimana dentingannya.
Untuk
saat ini aku menang, aku mengeraskan hati menahan hatiku menguncinya
agar tidak lengah, aku melangkah pergi pulang sejauh mungkin,
menghindari melenyapkan pertikaian yg terjadi, aku lelah. ini bukan
marah, ini bukan kesal, ini bukan senang bukan sedih bukan apa pun itu,
tak terdeteksi -_- yg jelas aku ingin pulang.
Tunggu tunggu. Dia
menahanku, mencoba memulai lagi agar aku tak marah (dikiranya), dia
menggodai, merayu dengan candaan, aku melawan. Mencoba memerangi yg ia
tumpahkan.
Dia rebah juga akhirnya. Aku tak mau kalah, aku semakin
mengeras. Tapi.... Dia kembali memulai, aku muntahkan emosiku, menahan
senyum, tawa, dan segalanya. Dia menyerah. Menahanku, meminta maaf
memberikan sesuatu. Dengan wajah cengeng penuh emosi dan putus asa. Aku
menatap, memergoki setiap detail yg ada padanya, ia menangis. Aku masih
menatap keras, ingin tersenyum tapi belum saatnya. Aku mengintrogasi
tangisannya, ia hanya diam. Seolah-olah mengumpulkan pecahan beling
menjadi satu, menanmpung kepulan asap hitam ke botol, dan serupa itu. Ia
menjawab. Tapi aku masih menatap keras, seperti seorang wanita dibuat
kesal pacar, tapi sayangnya dia wanita juga -_-
Isi di hatinya dimuntahkan, ia semakin menangis, aku hanya menyimak dan menahan emosi. Aku paham. Sangat paham :)
Ia
mengharapkan aku menangis juga, agar ia tahu bahwa aku swperti dirinya.
Tapi maaf, aku sudah berjanji untuk tidak menangis air. Asal dia tahu,
airmata bisa dibuat, tp tangisan dr hati itu yg lebih sempurna, tanda
bahwa aku sangat sangat bahagia. Tidak, lebih dari bahagia. Tak ada hal
apa pun yg bisa mengambarkannya. Yg jelas aku tak punya airmata untuk
itu, tp aku punya sesuatu di hati yg tak bisa dilukiskan :)
Aku ingin bilang..
Jika
suatu saat aku tak bisa menulis lagi, tuliskan cerita ini untukku. Jika
suatu saat aku tak bisa melihat, perlihatkan aku cerita ini lewat
suaramu. Jika suatu saat aku tak bisa mendengar, teriakan saja cerita
ini lewat celah hatiku. Jika suatu saat aku tak bisa bicara, dengarkan
cerita ini lewat mataku. Jika suatu saat aku tak punya hati, kau bawa
saja cerita ini padaku dan taklukan hatiku yg hilang :)
Jika aku
sudah tak ada lagi, jangan cari jangan rindui jangan tangisi jangan
ingat sosok diriku. Bagaimana apa yg kulakukan bersamamu, jangan. Tapi
peliharalah kisah terakhir ku ini dan berlarilah bersamanya agar kau
bisa sampai tujuan, dimana aku berdiri dan ingin memelukmu dengan
tangisan di hati :)
Makasih Echy Coraema Sari :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please kasih komen nya yang manfaat yaa :)
Need your Comment