Minggu, 01 Juni 2014

Hari ini 31/05/2014

Aroma hujan. Petir menggelegar. Kilat menyambar di sana sini, bahkan rumput pun tak berhak melawan, ia pasrah dihajar air banjir, diterpa angin dan dijatuhi butiran air hujan. Aku suka itu, bukan hanya aku tapi DIA. Entah apa yg terjadi, tapi sudah lama aku bergumul, baik di hati di pikiran bahkan di setiap celah diriku yg menyadarinya. Aku hanya diam dan terbiasa. Mungkin. Yaa tinggal mungkin, entahlah. Hujan semakin mengoyak, aku mulai lupa apa yg kuharapkan tadi.
Waktu masih berjalan, lontaran kata kalimat pun sudah berumur.
Pukul 16.58 dilayar mataku. kami berbenah pulang, di luar sana hujan masih merajai, hanya sekedar rintiknya yg masih bisa diterjang.
waktu sudah diinjak kaki kami beberapa langkah, oh tidak! Apa ini? Pertikaian hadir, aku mendengus. Menahan tenaga di ujung kaki, tangan bahkan seluruh bagian yg mungkin diserang -_- aku ingin pulaaangg T_T
Tik tok tik tok tik tok......
Waktu berlalu, bukan tik tok lagi, entah bagaimana dentingannya.
Untuk saat ini aku menang, aku mengeraskan hati menahan hatiku menguncinya agar tidak lengah, aku melangkah pergi pulang sejauh mungkin, menghindari melenyapkan pertikaian yg terjadi, aku lelah. ini bukan marah, ini bukan kesal, ini bukan senang bukan sedih bukan apa pun itu, tak terdeteksi -_- yg jelas aku ingin pulang.
Tunggu tunggu. Dia menahanku, mencoba memulai lagi agar aku tak marah (dikiranya), dia menggodai, merayu dengan candaan, aku melawan. Mencoba memerangi yg ia tumpahkan.
Dia rebah juga akhirnya. Aku tak mau kalah, aku semakin mengeras. Tapi.... Dia kembali memulai, aku muntahkan emosiku, menahan senyum, tawa, dan segalanya. Dia menyerah. Menahanku, meminta maaf memberikan sesuatu. Dengan wajah cengeng penuh emosi dan putus asa. Aku menatap, memergoki setiap detail yg ada padanya, ia menangis. Aku masih menatap keras, ingin tersenyum tapi belum saatnya. Aku mengintrogasi tangisannya, ia hanya diam. Seolah-olah mengumpulkan pecahan beling menjadi satu, menanmpung kepulan asap hitam ke botol, dan serupa itu. Ia menjawab. Tapi aku masih menatap keras, seperti seorang wanita dibuat kesal pacar, tapi sayangnya dia wanita juga -_-
Isi di hatinya dimuntahkan, ia semakin menangis, aku hanya menyimak dan menahan emosi. Aku paham. Sangat paham :)
Ia mengharapkan aku menangis juga, agar ia tahu bahwa aku swperti dirinya. Tapi maaf, aku sudah berjanji untuk tidak menangis air. Asal dia tahu, airmata bisa dibuat, tp tangisan dr hati itu yg lebih sempurna, tanda bahwa aku sangat sangat bahagia. Tidak, lebih dari bahagia. Tak ada hal apa pun yg bisa mengambarkannya. Yg jelas aku tak punya airmata untuk itu, tp aku punya sesuatu di hati yg tak bisa dilukiskan :)

Aku ingin bilang..
Jika suatu saat aku tak bisa menulis lagi, tuliskan cerita ini untukku. Jika suatu saat aku tak bisa melihat, perlihatkan aku cerita ini lewat suaramu. Jika suatu saat aku tak bisa mendengar, teriakan saja cerita ini lewat celah hatiku. Jika suatu saat aku tak bisa bicara, dengarkan cerita ini lewat mataku. Jika suatu saat aku tak punya hati, kau bawa saja cerita ini padaku dan taklukan hatiku yg hilang :)

Jika aku sudah tak ada lagi, jangan cari jangan rindui jangan tangisi jangan ingat sosok diriku. Bagaimana apa yg kulakukan bersamamu, jangan. Tapi peliharalah kisah terakhir ku ini dan berlarilah bersamanya agar kau bisa sampai tujuan, dimana aku berdiri dan ingin memelukmu dengan tangisan di hati :)

Makasih Echy Coraema Sari :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please kasih komen nya yang manfaat yaa :)
Need your Comment